Review Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021)
Apabedanya.com – Di penghujung tahun 2021, moviegoers akan dimanjakan beragam film Indonesia terbaik, salah satunya Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Digarap oleh Edwin, film ini diadaptasi dari novel karya Eka Kurniawan. Tak main-main, film ini memenangkan Golden Leopard di Locarno International Film Festival 2021. Seperti apa filmnya? Simak sinopsis dan review film-nya di bawah ini!
Sinopsis Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menceritakan Ajo Kawir, jagoan dari Bojong Soang yang tak ragu-ragu untuk berkelahi dengan siapa saja. Ajo menyimpan rahasia, dia impoten karena trauma masa kecilnya. Maka dari itu berkelahi merupakan pelampiasannya.
Suatu hari Ajo mencari Pak Lebe, seorang bajingan yang harus dia bunuh. Dia pun bertemu dengan anak buahnya Iteung, perempuan yang sama tangguhnya dengan Ajo. Mereka bertarung habis-habisan hingga babak belur.
Dari babak belur pun tumbuh percikan asmara antara mereka. Ajo dan Iteung pun saling jatuh cinta. Apakah Ajo dapat menjalani kehidupan yang bahagia bersama Iteung dan berdamai dengan dirinya?
BACA JUGA: DAFTAR LENGKAP NOMINASI FESTIVAL FILM INDONESIA 2021
Review Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Usung Toxic Masculinity
Film ini disutradarai oleh Edwin, sebelumnya menggarap film-film apik seperti Babi Terbang yang Ingin Terbang (2008), Posesif (2017), dan Aruna dan Lidahnya (2018). Untuk film Posesif dan Aruna dan Lidahnya saya sudah menontonnya dan merasa puas dengan film-film besutan Edwin.
Saya belum membaca buku karya Eka Kurniawan namun untuk cerita dari film ini menarik, beda dari pada film Indonesia umumnya. Berani mengusung tema toxic masculinity, juga dendam, dan trauma kelam masa lalu. Setiap karakter langsung melekat di otak penonton.
Penampilan para cast pun harus diacungi jempol, terutama Marthino Lio dan Ladya Cheryl. Gaya Ajo yang selengean dan doyan ribut, kemudian Iteung yang tangguh dan ambisius saat membalas dendam. Adegan berkelahi mereka yang sengit di lokasi gersang sangat mencuri perhatian. Kemudian kisah asmara mereka berdua serta momen titip salam di radio benar-benar menghibur penonton. Siap-siap tertawa saat penyiar menanyakan kata kunci sebelum mengirim salam.
Saya pribadi sangat menanti comeback dari Ladya Cheryl, kudos atas penampilannya sebagai Iteung. Oh iya, aktor pendukung lainnya juga tak kalah apiknya dengan mereka berdua. Reza Rahadian sebagai Budi, kemudian Ratu Felisha sebagai Jelita, bahkan pemeran Oma yang diperankan oleh Elly D. Luthan.
Berhasil Sajikan Era 80an yang Nostalgic
Oh iya film ini berset tahun 80an dan berhasil memotret vibes sesuai dengan era tersebut. Mulai dari perumahan, pakaian, musik dangdut, dan beragam barang-barang jadul, acungi jempol juga kepada tim produksi. Bahkan ada juga karakter yang gemar memusnahkan orang, identik dengan orde baru. Dialog dalam film ini juga mencuri perhatian, menggunakan aku dan kamu, konsisten dari awal hingga akhir.
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas sajikan racun maskulinitas, dendam, dan trauma. Berset 80an, produksi film ini dibalut baik oleh Edwin. Karakter Ajo Kawir dan Iteung adalah korban dari perihnya masa lalu. Ditambah para cast bermain dengan apik. Jangan sampai terlewat!
Film ini tayang di bioskop mulai 2 Desember 2021 dan untuk penonton yang berumur 18 tahun ke atas, karena ada beberapa adegan seksual consent dan tanpa consent.
BACA JUGA: REVIEW FILM FIKSI (2008), LADYA CHERYL JADI PSIKOPAT
Jangan lupa follow media sosial Apabedanya.com di Instagram @apabedanyacom dan Twitter @apabedanyacom untuk mendapatkan update perbedaan dan perbandingan segala hal. Menghadirkan juga konten budaya pop, lifestyle, internet, kesehatan, teknologi, hingga life hacks.
Baca artikel lainnya dari Tri Wahyudi Apabedanya.com di sini!
Apabedanya.com merupakan situs independen, bantu dan dukung kami untuk meracik konten lebih baik lagi. Kamu bisa memberikan tip melalui tautan ini.
Ipeh
Aku sebenernya tau film ini dari cuplikan Reza di podcast Deddy corbuzier. Pas dia cerita momen artis senior baru pertama kali melakukan adegan mencium burung yang sekaligus mengingatkan saya langsung sama cerita di novelnya. Parah sih totalitasnya
Hastira
makasih reviewnya