Review Film How To Make Millions Before Grandma Dies Bikin Para Anak Dan Cucu Nangis Terisak-Isak
Apabedanya.com – Rasanya sudah berabad-abad tidak menulis ulasan film, beberapa tahun belakangan ini hanya membagikan ulasan film di Twitter dalam 140 karakter saja. Akhirnya memutuskan untuk mengulas film How to Make Millions Before Grandma Dies/ Lahn Mah karya Pat Boonnitipat. Film drama Thailand yang ramai dibicarakan di setiap platform media sosial ini sukses membuat penonton menangis terisak-isak. Simak review film How to Make Millions Before Grandma Dies di bawah ini yuk~
SINOPSIS FILM HOW TO MAKE MILLIONS BEFORE GRANDMA DIES
Film How to Make Millions Before Grandma Dies mengisahkan tentang M (Putthipong Assaratanakul), anak muda yang bermimpi menjadi gamer, namun mandek. M kemudian berjumpa dengan Mui (Tontawan Tantivejakul), sepupunya yang diwarisi rumah besar bernilai puluhan juta dari menjaga dan merawat Agong, kakeknya Mui.
Ingin mengikuti jejak Mui, M mengajukan diri untuk merawat Amah (Usha Seamkhum), neneknya yang menderita kanker stadium akhir dan tinggal sendirian dengan harapan mendapatkan warisan. Apakah M akan berhasil?
REVIEW FILM HOW TO MAKE MILLIONS BEFORE GRANDMA DIES
Film How to Make Millions Before Grandma Dies merupakan surat cinta Pat Boonnitipat kepada sang nenek, ia berhasil memotretkan sosok nenek yang nempel di pikiran setiap para cucu.
Suksesnya film ini dari cerita yang melekat dan relate dengan para penonton. Sangat mirip dengan konsep mass intimacy yang diberikan bos saya dalam membuat konten marketing. Apa itu mass intimacy? Dari kelas MasterClass Jeff Goodby, salah satu ketua Goodby, Silverstein & Partners, konsep mass intimacy merupakan bersimpati dan terhubung dengan baik dengan audiens target sehingga mereka benar-benar merasa memiliki hubungan yang intim dengan merek.
CERITA YANG RELATE KE PENONTON
Sesuai dengan film How to Make Millions Before Grandma Dies, konsep mass intimacy dipotretkan ke sosok Amah, nenek yang tinggal sendirian, di mana anak-anaknya sudah berkeluarga dan tinggal masing-masing. Nenek yang senang bukan main saat cucu dan anak-anaknya datang berkunjung, nenek yang selalu ingat permintaan cucunya, nenek yang selalu mendoakan anak dan cucunya.
Film ini memang mengungkap bagaimana kehidupan lansia yang kesepian, tapi juga sebagai pengingat kita anak dan cucu yang suka melupakan mereka. Waktu yang kita luangkan untuk mengunjungi saat berarti bagi mereka. Penonton yang selalu gemar bersembunyi di balik kesibukan sehingga jarang mengunjungi orang tua pastinya akan tertampar oleh film ini.
Konsep mass intimacy juga dihadirkan lewat hubungan Amah dengan ketiga anaknya. Drama anak pertama, tengah, dan terakhir pun sangat relate ke para penonton. Sekali lagi, Pat Boonnitipat berhasil mencuri hati para penonton.
KETIKA MOMEN LUCU DAN HARU BERTEMU
Momen lucu dan haru silih berganti dalam film ini, kamu akan tertawa melihat Amah yang enggan makan ikan jika bukan dari penjual langganannya, kemudian kamu akan menitihkan air mata melihat Amah berpakaian rapi duduk depan rumah menunggu anak dan cucunya datang. Siap-siap terbahak-bahak kemudian terisak-isak saat menonton film ini. Harus diacungi jempol betapa cerdasnya Pat Boonnitipat meletakkan momen-momen ini.
DERETAN CAST YANG BERTALENTA
Tak hanya cerita mass intimacy yang kuat, film ini didukung oleh deretan cast yang berbakat. Potret Amah ini berhasil diperankan sangat baik oleh Usha Seamkhum, sungguh terkejut saat mengetahui ini filmnya pertamanya. Nenek Usha berhasil memerankan Amah yang jenaka, ceplas-ceplos, rajin bekerja, kesepian, dan begitu tulus.
Karakter M alias cucu durhaka juga berhasil diperankan oleh Putthipong Assaratanakul, chemistry antara dia dan nenek Usha sangat terjalin. Kemudian ada Sarinrat Thomas, ibu dari M dan anak tengah dari Amah yang tampil memukau.
Saya sudah tiga kali berkunjung ke Bangkok, dan kunjungan berikutnya kemungkinan akan mampir lokasi syuting film ini. Dalam film, rumah Amah dekat stasiun MRT Tha Phra. Saya sangat suka pemilihan rumahnya, sederhana, asri dan elok, vibes rumah nenek sangat terasa.. Meningatkan akan rumah almarhum nenek saya yang gangnya serupa dengan rumah Amah.
Film How to Make Millions Before Grandma Dies begitu hangat, begitu haru, begitu lucu, begitu menyesakkan, begitu personal dan begitu indah. Penampilan memukau Usha Seamkhum (Amah). Cerita yang relate, potret rumah nenek yang elok dan setiap momen M & Amah mengena di hati. Kudos Pat Boonnitipat 👏🏻
Film How to Make Millions Before Grandma Dies masih tayang di bioskop Indonesia.
BACA JUGA:
REVIEW FILM FAST AND FEEL LOVE (2022)
REVIEW FILM SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS (2021)
REVIEW FILM FRIEND ZONE (2019)
MEMBEDAH FILM THE MEDIUM (2021)
Jangan lupa follow media sosial Apabedanya.com di Instagram @apabedanyacom dan Twitter @apabedanyacom untuk mendapatkan update perbedaan dan perbandingan segala hal. Menghadirkan juga konten budaya pop, lifestyle, internet, digital marketing, kesehatan, teknologi, hingga life hacks.
Baca juga artikel lainnya dari Tri Wahyudi di Apabedanya.com!
Apabedanya.com merupakan situs independen, bantu dan dukung kami untuk meracik konten lebih baik lagi. Kamu bisa memberikan tip melalui tautan ini.
Follow juga Apabedanya.com di Google News
Hastira
Jadi penasaran , makasihreviewnya sangat menarik