Site icon Apabedanya.com

Serunya Walking Tour Nieuw Gondangdia, Jalan-Jalan Sambil Belajar Sejarah

SERUNYA WALKING TOUR NIEUW GONDANGDIA, JALAN-JALAN SAMBIL BELAJAR SEJARAH

Apabedanya.com – Bingung, akhir pekan mau ngabisin waktu kemana? Kalau ke mall mulai jenuh, jadi ingin rasanya coba suasana baru. Akhirnya, memutuskan untuk daftar rute baru dari @Jktgoodguide yaitu Nieuw Gondangdia. Wah apa tuh? Kita diajak menelusuri kota Jakarta sekaligus mengenal sejarah dan budaya Jakarta pada zaman dahulu! Seperti apa keseruan? Simak di bawah ini! 

Mengenal Jakarta Good Guide

Foto: Jakarta Good Guide

Jakarta Good Guide atau @jktgoodguide merupakan sekumpulan pramuwisata berlisensi dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta dan Anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia DPD Jakarta yang mengadakan tur jalan kaki dengan berbagai macam rute. Teman-teman bisa daftar dan lihat rute di instagram mereka @jktgoodguide, setiap minggunya ada beragam rute. Perjalanan setiap rute kurang lebih memakan waktu 2 jam, dengan jarak sekitar 3-4 km. 

Rute Walking Tour Nieuw Gondangdia

Nah alhasil ikutan rute Nieuw Gondangdia. Titik kumpul dari rute ini adalah di halte RP Soeroso atau samping dari Kimia Farma Menteng Huis.  Rute pertama dimulai dari Bank Mandiri RP Soeroso yang ternyata dulunya adalah BIN (Bank Industri Negara) yang kemudian dilebur menjadi Bappindo dan bergabung dengan 3 bank (Exim, BBD dan BDN) hingga akhirnya menjadi bank Mandiri. Bangunannya masih sama seperti saat menjadi BIN dulu tahun 1951.

 Rute kedua kita beranjak tidak jauh dari Bank Mandiri ke arah Patung Persahabatan. Patung ini dibuat oleh Hanung Mahadi pada tahun 1984, sampai saat ini belum ada informasi yang jelas apakah patung ini hadiah atau dalam rangka memperingati sesuatu. 

Rute ketiga menuju Gedung KPP Pratama Menteng 1. Dulunya, gedung ini adalah rumah singgah untuk para arsitek yang bekerja di Bouwploeg (Masjid Cut Meutia saat ini), bangunan rumah yang depannya itu masih asli, dan saat ini dialihfungsikan menjadi KPP Pratama Menteng 1. 

Kemudian kita diajak ke samping Gedung KPP yaitu Hotel Sofyan. Hotell berkonsep syariah pertama di indonesia yang didirikan pada tahun 1968, gedungnya pun masih sama seperti yang dahulu. Pendirinya adalah Sofyan Ponda atau kakek dari aktris Marshanda.

Semakin seru perjalanan rute ini, semakin terbuka wawasan tentang bangunan-bangunan yang mungkin sering kita lewati tapi belum tahu ada unsur sejarah dari bangunan tersebut. 

Foto: Nugraha Putra Perdana

Berikutnya kita ke Masjid Cut Meutia, sebelum menjadi masjid tempat ini dulunya adalah kantor arsitek N.V. (Naamloze Vennootschap, atau Perseroan terbatas) Bouwploeg, teman-teman bisa lihat dari sisi kanan bangunan masih ada tulisan NV Bouwploeg. Nama Bouwploeg sendiri kini masih tersisa dalam ingatan sebagai nama Pasar Boplo di barat stasiun kereta api Gondangdia atau yang sekarang menjadi pasar Gondangdia. 

Melebar sedikit tentang masjid ini, dulu di seberangnya ada sebuah monumen yaitu monumen Van Heutsz. Van Heutsz sendiri adalah seorang gubernur militer dan sipil Aceh pada tahun 1899, dan karena prestasi beliau cukup baik akhirnya pada tahun 1904 beliau dinaikkan pangkatnya menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. 

Saat ini monumen tersebut sudah dihancurkan pada tahun 1960-an, dan saat ini di seberang masjid Cut Meutia dibuatkan taman kecil berisi tentang sejarah masjid Cut Meutia tersebut dan juga disematkan beberapa barcode tentang sejarah-sejarah sekitaran Cut Meutia oleh pemerintah kota DKI Jakarta. 

KULINER SEKITAR GONDANGDIA

Maju sedikit kita akan memasuki kawasan dari stasiun Gondangdia di mana di sekitar sini setidaknya ada 3 makanan legendaris yang wajib dicoba. Pertama ada Gudeg Bu Tinah yang sudah buka sejak tahun 1970, dulu bu Tinah sendiri berjualan di pasar Boplo, tapi saat ini pindah ke samping stasiun Gondangdia. 

Kedua ada Roti Lauw, mungkin roti ini sering kita temui di sekitaran Jakarta selain Gondangdia, tapi ternyata pabrik pertamanya terletak di samping pasar Boplo sejak tahun 1940. Saat ini masih beroperasi tetapi bukan sebagai pabrik, hanya sebagai tempat transit untuk pendistribusian roti-rotinya kepada para penjual gerobak, masih bisa beli di toko ini juga.  

Ketiga adalah​​ Toko Kopi Luwak atau dulunya adalah Toko Kenari. Di sini penjualnya hanya menjual bubuk kopi, bukan kopi ready to drink, dan sudah berdiri sejak tahun 1969. Salah satu yang cukup menarik adalah slogan dari toko ini yaitu “kopi yang enak itu menyenangkan dan pelanggan adalah harta”, untuk teman-teman pecinta kopi bisa jadi salah satu referensi untuk mencoba bubuk kopi di sini. 

Next kita jalan sedikit menuju Kunstkring atau dulunya terkenal dengan nama Bataviasche Kunstkring. Bataviasche Kunstkring adalah organisasi (lingkar) seni yang didirikan pada zaman Pemerintah Hindia Belanda pada sekitaran tahun 1914. 

MENGENAL BANGUNAN BERSEJARAH DI Gondangdia

Bataviasche Kunstkring kerap menyelenggarakan pameran yang merupakan kulminasi reputasi dari daerah-daerah. Bahkan mengadakan pameran bond kunstkring, atau pameran bersama dari berbagai kunstkring. Kunstkring beranggotakan seniman-seniman Belanda atau Eropa yang berdiam di Indonesia. 

Yang cukup terkenal juga adalah pada Tahun 1936 dibuka museum yang menyajikan lukisan-lukisan berkelas internasional yang dipinjam dari berbagai museum di Eropa, antara lain karya Marc Chagall, Van Gogh, dan Picasso. Jika dilihat dari depan maka kita akan melihat tulisan Immigraisent Djawatan di atas bangunan kunstkring.

Foto: Nugraha Putra Perdana

Ternyata, Setelah adanya penyerahan kedaulatan RI tepatnya tanggal 26 Januari 1950; Instansi Imigrasi dibentuk dengan sebutan Jawatan Imigrasi dibawah Departemen Kehakiman yang beralamat di Jalan Teuku Umar No.1 Menteng, Jakarta Pusat, di mana struktur organisasi jawatan imigrasi meneruskan struktur immigratie dients (dinas imigrasi) produk Hindia Belanda yang lama, sedangkan susunan jawatan imigrasi masih sederhana dan berada dalam koordinasi Menteri Kehakiman, baik operasional-taktis, administratif, maupun organisatoris. 

Jadi tempat ini pernah menjadi kantor imigrasi jakarta pusat pada tahun 1950-1997. Gedung Kunstrkring ini masih sama seperti zaman dulu dan sekarang dijadikan restaurant, art culture venue dan wedding venue. Terakhir kita pindah ke Jalan cendana dimana di area ini terdapat rumah tinggal milik pak Soeharto, lalu juga tidak jauh dari jalan Cendana ada satu toko kue yang menjadi langganan para pejabat yaitu Cake Martha, harganya kisaran dari 50rban. 

Nah menarik bukan ikutan walking tour Nieuw Gondangdia? Cocok banget buat akhir pekan ini. Jalan-jalan sekaligus mendengarkan penjelasan tentang sejarah dari tempat-tempat yang mungkin kita sering lewati. Tertarik ikutan walking tour? 

Mau dapat rekomendasi walking tour seru lainnya? Follow Instagram @egghaputra 

Penulis: Nugraha Putra Perdana

Editor: Tri Wahyudi

BACA JUGA:

ULASAN KIKUGAWA CIKINI, RESTORAN JEPANG PERTAMA DI JAKARTA 

MENYAKSIKAN TARI KECAK DI ULUWATU TEMPLE BALI

PENGALAMAN NAIK KERETA CEPAT WHOOSH DARI HALIM KE TEGALLUAR BANDUNG

BERKUNJUNG KE MUSEUM BUSTANUL ARIFIN PDIKM DI PADANG PANJANG

REVIEW BOBOCABIN BATURRADEN PURWOKERTO

BERBURU KULINER CIREBON DAN MENELUSURI KERATON KEASEPUHAN CIREBON

MENYELAMI SENI DAN BUDAYA JAWA DI MUSEUM ULLEN SENTALU YOGYAKARTA

BERKELILING CANDI SEWU DI KOMPLEK CANDI PRAMBANAN

Exit mobile version