Site icon Apabedanya.com

Cerita Pendek: Kasuari dan Teman-temannya

Cerita Pendek: Kasuari dan Teman-temannya

Apabedanya.com – KREEEEK suara pintu besi digeser oleh seorang wanita pemilik kontrakan dan disusul anak laki-laki berusia 10 tahun yang tergesa-gesa masuk ke dalam teras rumah kontrakan layaknya soang. Tante pemilik kontrakan tertawa melihat tingkah anak kecil itu dengan semangatnya memasuki rumah kontrakan 2 kamar tidur di daerah Jakarta Timur mepet Jakarta Pusat itu. 

“Dodo pelan-pelan, tar kepeleset” Ucap ibu Dodo dengan muka cemasnya sambil membenarkan tas jinjingnya. Tante pemilik kontrakan tertawa sambil jalan ke depan pintu dan mengajak ibu dan Dodo masuk.  “Bagus ya, masih ada teras dan taman kecil di depannya” kata ibu Dodo ke tante pemilik kontrakan sambil memeriksa jendela dan pintu kontrakan tersebut.  “Iya Bu, jarang-jarang kan ada kontrakan seperti ini, lumayan lega” jawab tante pemilik kontrakan sambil membuka pintu depan kontrakan dengan kunci.

Dodo langsung masuk dan sibuk mencari calon kamarnya nanti, apakah luas dan muat untuk meletakkan buku, mainan, serta barang-barangnya. Dodo terpana melihat kamar utamanya “Wih Dodo suka nih ada jendelanya, jadi gak pengap kaya kamar kita sekarang ya bu”. Ibu Dodo pun penasaran dan bergegas memeriksa kamar utamanya “Haha iya bener, kalo yang ini sirkulasi udaranya bagus” ucap ibu sambil melihat langit-langit kamar tersebut sembari naikin alis matanya, berharap tidak perlu direnovasi jika menempati rumah ini karena budget-nya terbatas. 

Dodo dan ibunya tinggal di kontrakan 1 kamar tidur yang lokasinya tidak jauh dari kontrakan yang sedang mereka survey. Setelah mencoba berjualan asinan secara daring, Ibu berhasil mengumpulkan pundi-pundi sehingga keuangan mereka pun menjadi lebih stabil. Maka dari itu, Ibu berniat untuk mencari kontrakan baru yang lebih luas untuk usahanya ditambah Dodo ingin memiliki kamarnya sendiri. 

Setelah cek kamar utama, Ibu dan Dodo berkeliling memeriksa ruangan lainnya, mulai dari kamar kedua untuk Dodo, ruang tamu yang luas memanjang ke belakang, ujungnya ada area dapur, Ibu pun sudah terbayang akan memberikan sekat kayu rotan supaya dari pintu masuk tidak terlihat dapur. Kemudian ke arah kamar mandi yang cukup luas dan terakhir pintu belakang yang ada secomot area untuk menjemur pakaian.

Ibu pun mengajak tante pemilik kontrakan pun membicarakan uang sewa, berapa biaya tahunannya, apakah bisa dicicil atau tidak. Obrolannya itu biasanya membuat Ibu memijat keningnya. Sementara itu Dodo masih betah melihat-lihat calon kamarnya.  Tidak sebesar kamar utama, di sana cukup nyaman dan Dodo sudah membayangkan kasurnya akan menghadap kemana, meja belajarnya diletakan di mana, hingga posisi rak buku-buku kesayangannya.

Saat melihat ke arah pojok kamar, ada sebuah buku usang tergeletak. Dodo pun mengangkat buku itu dengan perlahan meniup dan mengusap debunya supaya tidak terlalu bikin batuk. 

Halaman pertama ada gambar burung kasuari yang lehernya berwarna biru terang dan di bawahnya bertuliskan “Kasuari dan teman-temannya”. Judul bukunya terdengar menarik dan memicu rasa penasaran Dodo. Tanpa berpikir panjang, Dodo langsung duduk manis bersila di lantai kamar tersebut dan mulai membaca buku tersebut.


Kasuari Mimpi Terbang

Di dalam lebatnya hutan hujan Papua ada seekor burung Kasuari yang sedih dan cemberut di bawah pohon rindang. “Jahat sekali Cendrawasih, memangnya kenapa kalo aku gak bisa terbang” ucap Kasuari sambil menenangkan diri. 

Sebelumnya kasuari pernah mencoba untuk terbang, dia berjalan ke pijakan batu tinggi dan mengepakan kedua sayapnya untuk terbang. Tidak berhasil terbang malah terjatuh berguling-guling di tanah. Tak menyerah, kadang kasuari lari sekencang-kencangnya sambil melatih kedua sayapnya, namun sayap menabrak pohon dan luka-luka. 

Muncul Dingiso (kangguru pohon) sambil memeluk batang pohon saat mendengar Kasuari mengeluh “Kamu kenapa?”

Kasuari langsung menengok ke atas pohon “Eh kamu, ini Cendrawasih mengejekku lagi karena tidak bisa terbang”  sambil cakarnya mengorek-ngorek tanah karena kesal. “Terus memangnya kenapa kalau tidak bisa terbang? Aku pun tidak bisa” jawab Dingiso ke Kasuari. “Ya aku kesal saja, aku kan burung punya sayap, kenapa tidak bisa terbang. Kadang aku suka bermimpi terbang loh” nada Kasuari yang semakin sedih. 

“Tak apa tidak bisa terbang Kasuari, tubuhmu tinggi dan berlari cepat” ucap Dingisio sambil memanjat pohon celingak-celinguk mencari makan. “Iya benar juga ya” Kasuari kembali ceria dan melihat kedua kakinya yang jenjang dan kuat. “Aku juga dengar dari kawananku, kalau Kasuari berjasa besar di hutan hujan Papua ini” lanjut Dingiso. 

“Benarkah? Tanya Kasuari yang semakin antusias 

Dingiso pun menjelaskan mengapa Kasuari berjasa di hutan ini. Kasuari memakan bulat-bulat aneka buah yang jatuh di lantai hutan. Biji yang ikut tertelan kemudian keluar bersama kotoran dan Kasuari selalu berkeliling hutan ini. Biji dari kotoran Kasuari itu tersebar di hutan itu nantinya akan tumbuh jadi aneka pohon dan memenuhi seluruh pulau Papua. Tanpa kehadiran kasuari, hutan hujan Papua barangkali tidak selebat seperti sekarang. 

“Wah ternyata aku sangat berjasa ke hutan ini ya” Kasuari terharu dan semakin ceria

“Benar, jadi jangan terlalu memikirkan kekurangan kamu dan hiraukan ucapan Cendrawasih, fokuslah dengan kelebihan kamu Kasuari” 

“Benar, mulai sekarang aku tidak mau memikirkan celotehan Cendrawasih, terima kasih banyak loh Dingiso, oh iya kamu tuh beruang atau kanguru sih?” Kasuari bertanya ke Dingiso

“Aku kangguruuuuuuuuuuuuuuuu” Dingiso teriak dengan kesal

“Hehe, maaf maaf” Kasuari langsung buru-buru kabur 

Kasuari yang sudah kembali riang dan bergegas keliling hutan hujan Papua mencari makanan favoritnya, buah dan biji-bijian yang jatuh dari pepohonan

Laron Penasaran 

Suatu malam saat hujan mulai redah, muncul laron-laron, mereka sibuk berterbangan mencari-cari sumber cahaya untuk mencari pasangan. Namun ada satu Laron yang kebingungan dan enggan memburu lampu yang bersinar. Dia termenung dan memikirkan mengapa hidup laron hanya semalam saja, bagaimana kalau dia bermimpi keliling Indonesia, bagaimana kalau dia ingin belajar banyak hal, bagaimana kalau dia ingin mengenal serangga lain ataupun binatang lain. Beragam pertanyaan muncul di dalam diri laron, apakah dia harus mengikuti instingnya mencari pasangan ke arah lampu atau mengikuti kata hatinya untuk bertualang. 

Kebetulan rombongan laron lainnya sedang menyatroni lampu terang di sebuah teras rumah. Laron yang satu ini tidak berpartisipasi melainkan hinggap di pintu besi dan terlintas di pikirannya untuk terbang melihat-lihat suasana sekitar. Tak tertarik dengan cahaya terang, laron yang penasaran terbang ke teras rumah sebelah dan melihat seekor kucing jingga sedang tertidur pulas berbentuk roti tawar di atas kursi kayu. Penasaran laron mendarat ke atas hidung kucing itu, “kamu ini binatang apa?” ucap laron sambil naik turun di hidung kucing. 

Kucing berbadan tambun itu pun mulai membuka mata dan mengelap hidungnya dengan kakinya, laron dengan cekatan menghindar dan berkata “hey hati-hati dong!”. Kucing mulai terbangun, bola matanya membesar dan mulai mengejar-ngejar laron di udara dengan tangannya. Laron yang panik terbang lebih tinggi supaya bisa menghindar  “hentikan, aku hanya ingin berteman!”. Kucing itu pun berhenti, duduk manis penuh kharisma dan mulai menjilat-jilat dirinya sambil berkata “Kamu tersasar laron? Bukannya kamu harus mengejar cahaya terang dan mencari pasangan?”.

“Tidak, aku ingin mencari tahu banyak hal” Laron sambil hinggap di sandaran tangan kursi kayu mencoba berbicara dengan kucing. Kucing terheran-heran sambil tersenyum mencurigakan  “Kamu laron yang unik ya, baiklah kamu ingin tahu apa?”. Laron semakin antusias dan bertanya “Pertama-tama coba jelaskan kamu binatang apa dan kegiatanmu sehari-hari apa?”. Dengan ekspresi ketus kucing menjawab dirinya seekor kucing, mamalia karnivora. Kegiatan sehari-hari tidur, menjilati diri supaya tetap bersih, mencakar-cakar pintu atau sofa, dan mengeong ke manusia supaya diberikan makanan. Laron yang menyimak bertanya “Kenapa kamu mengeong ke manusia?”. Kucing pun menjelaskan “Karena aku adalah hewan peliharaan, manusia menyediakan makananku, jadi jika lapar ngeong dan senggol-senggol saja ke kaki mereka”. 

“Enak juga jadi seekor kucing ya, semua kucing begitu kah?” tanya laron

“Tidak semuanya, ada beberapa kucing liar yang kurang beruntung, mereka tidak punya tempat tinggal dan kadang mengais-ngais tempat sampah” jawab kucing

“Berarti kamu beruntung ya” Laron menjawab sambil terbang ke tubuh kucing 

“Begitulah” sang kucing menjawab sambil menguap lebar 

“Aku penasaran, apa yang terjadi jika laron berhasil mencari pasangan?” Tanya kucing

“Oh itu, laron yang berhasil menggaet pasangan, mereka akan menanggalkan sayap dan berjalan mencari lubang di bawah tanah untuk kawin dan bertelur.  Nah bagi yang gagal mendapatkan pasangan, akan hidup hanya satu malam saja, dan kemudian mati ketika fajar datang” jawab laron

Kucing kaget dan bertanya “Jadi kamu tidak ingin mencari pasangan, berarti besok…..”

“Iya benar, aku ingin mencari tahu banyak hal, sebelum waktunya” jawab laron

“Shiro masuk udah malem, pintu mau dikunci” terdengar suara manusia dari dalam rumah. 

“Manusia sudah memanggilku, aku masuk ke dalam dulu ya. Semoga kamu menemukan apa yang kamu cari sampai fajar datang. Senang berteman denganmu laron walau cuma sekejap.” Kucing mengucapkan selamat tinggal ke laron sambil masuk ke dalam rumah. 

Laron pun terbang ke luar rumah mencari ilmu dan teman baru sambil menanti matahari datang. Akan menjadi malam yang panjang bagi laron. 

Komodo Kesepian

Di pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur ada seekor komodo yang melata-lata mencari makan siang. Bisa babi liar, rusa, kalau beruntung bisa melahap kerbau, namun sepi sekali. Mereka pasti sembunyi, kemana ya mereka. 

Hingga akhirnya menuju senja, ada babi hutan yang diterkam dan berakhir di mulut sang komodo. Setelah kenyang melahapnya, komodo melihat ke arah laut dimana matahari bergegas untuk terbenam. Terlintas di pikirannya “Sepertinya akan asyik jika aku memiliki teman di pulau ini”. 

Komodo yang kesepian itu maju perlahan ke arah deburan ombak. Rasanya janggal tinggal di pulau yang indah namun sendirian. Komodo tidak punya siapa-siapa di sana, sekalinya ada binatang lain, itu menjadi santapan ia sehari-hari.

Keesokannya saat komodo sedang tertidur di tanah dengan damai, ia mendengarkan suara bising. Ternyata ada segerombolan manusia yang sibuk menyaksikannya sedang pulas di tanah. Seorang manusia berbadan tambun berkata “Komodonya ko tidur doang? Bangunin dong!”. Sementara manusia yang satunya ada melempar-lempar batu kerikil, tetap saja Komodo tidur tak memperdulikan manusia yang bawel-bawel itu. 

Sang pemandu wisata Komodo pun menjelaskan fakta-fakta seputar Komodo “Nah bapak-ibu, Komodo memiliki lidah yang panjang, bahkan bisa mencapai setengah panjang tubuhnya. Lidah ini dapat mendeteksi bau dari jarak jauh, mirip dengan ular. Kemudian Gigitan komodo membawa kerusakan pada tubuh mangsanya, mulai dari kerusakan pada kulit, kelenjar, otot, pembuluh darah serta saraf, dan jaringan dengan racun yang dihasilkan kelenjar racun yang terletak dekat tulang rahang bawah.”

Komodo pun tetap memejamkan mata. 

Beberapa manusia yang ikut tur itu terlihat terpukau oleh penjelasan pemandu wisata, sisanya lagi ingin melihat Komodo yang sedang santai-santai supaya segera bergerak. Manusia kurus lainnya mencoba mencolek-colek komodo dengan batang kayu panjang, hingga akhirnya Komodo mulai membuka matanya dan menoleh dan berkata dalam hati “Untung saja kemarin aku sudah makan babi hutan, kalau tidak aku kejar kau”. 

Komodo akhirnya membuka mata dan beranjak ke tempat lain mencari tempat istirahat membelakangi para manusia. Segerombolan manusia malah antusias memotret serta merekam sang komodo yang sudah bangun dan bergerak menjauhi mereka. 

Walau Komodo selalu merasa kesepian, tanpa dia sadari selalu ada manusia dengan beragam tingkah yang berbondong-bondong mengunjunginya setiap harinya. 

Bekantan Panik

Hutan mangrove di taman wisata alam pulau Bakut di Banjarmasin, Kalimantan Selatan ditinggali kawanan bekantan. Dalam kawanan ada bekantan yang sedang panik dan merasa tidak tenang apalagi kalau ada pengunjung manusia. Sebelumnya, hutan mangrove rumah lama bekantan tersebut pernah digusur dan diserbu pemburu. Untungnya bekantan panik dan kawanan lainnya berhasil kabur, hingga akhirnya diselamatkan manusia baik ke pulau Bakut ini.  

Biasanya yang bekantan takuti ular piton, macan dahan, dan kucing hutan, kini melihat manusia yang datang beramai-ramai. Bekantan panik itu resah bukan main dan sibuk bersembunyi. Sang pemimpin kawanan bekantan berkata “Tenang, kita sudah aman, manusia baik telah menyelamatkan dan membawa kita ke hutan ini”

“Tapi aku masih tidak tenang, tetap saja ada perasaan tidak percaya dengan para manusia-manusia ini” jawab bekantan panik sambil menunjuk ke arah rombongan manusia yang sedang wisata ke hutan bakau Pulau Bakut. 

Dari kejauhan ada anak manusia yang memperhatikan bekantan dari jembatan kayu dan bertanya ke orang tuanya “Ayah, kenapa hidung bekantan besar ya?”. Ayahnya tertawa sambil menjawab “Ayah kurang tau, tanya mas pemandu wisata sini ya”. 

Sang pemandu pun menjelaskan hidung bekantan yang besar berfungsi sebagai ruang gema yang memperkuat suara mereka. Hidung besar bekantan itu membantu mereka berkomunikasi di lingkungan hutan bakau yang padat. Selain itu, hidung besar bekantan jantan dapat mengeluarkan suara serendah dan sekeras mungkin untuk menarik perhatian bekantan betina. 

Bekantan panik dan kawanan lainnya memperhatikan deretan manusia di ranting-ranting daun. Sang pemimpin kawanan bekantan “Lihat mereka hanya sedang bersantai melihat pemandangan hutan mangrove di sini, tidak membahayakan kita”. 

“Benar sih, tidak ada yang menyerang atau membawa kandang ya” jawab Bekantan panik 

“Kalau pun ada bahaya, aku akan menginformasikan kawanan ku ini ke kalian dengan segera, jangan lupa tarik nafas dan hembuskan supaya lebih  tenang dan rasa panik hilang” ucap pemimpin kawanan bekantan sambil memanjat ke dahan pohon lebih tinggi.

Perasaan trauma bekantan akan selalu ada namun mereka harus tetap melanjutkan hidup “ungkap pemimpin kawanan bekantan sambil mengunyah daun rambai laut di ranting pohon. Zaman sudah berubah, populasi manusia semakin banyak, hutan mangrove banyak yang  digusur dan mau tidak mau kita harus hidup berdampingan dengan manusia ini. 

Harimau Sumatera Sembunyi 

Di dalam hutan yang pekat, ada dua harimau Sumatera berlari kencang menjauh dari manusia jahat yang mencoba memburu mereka. 

“Lari kak buru, itu ada gua, sembunyi di sana!” teriak harimau Sumatera ke kakaknya  sembari lari tergesa-gesa

“Semoga kita aman bersembunyi dalam sini ya” Kakak harimau ngos-ngosan di dalam gua sempit yang tertutup lebatnya dedaunan

“Kenapa manusia bisa mencapai area ini ya? Ini kan sudah pedalaman kak “Adik harimau Sumatera mengatur nafas setelah berlari kabur dari para pemburu

“Kakak juga gatau, harusnya area hutan ini bebas dari manusia. Untung saja tembakan mereka meleset ya”

“Kenapa kita tidak melawan sih kak? Mereka kan lemah” tanya sang adik

“Iya mereka lemah, namun mereka memiliki peralatan lengkap untuk menangkap kita, kamu lupa ibu pas itu ditangkap oleh jaring. Pesan ibu menyuruh kita lari secepatnya dan cari tempat persembunyian.”

“Maaf kak, aku lelah dengan tingkah manusia, mereka sudah merampas lahan hewan-hewan di hutan ini yang luas, namun masih saja menelusuri dan berburu kita sampai ke pedalaman” Adik harimau Sumatera mengeluh. 

“Setidaknya kita sudah aman, aku tak mendengar tanda-tanda mereka, cahaya terang dari langit pun sudah pergi” 

“Sebentar kak, aku mendengar sesuatu dari luar”

KRESEK KRESEK KRESEK 

“Ah, itu cuma Binturong melompat dari dahan pohon” ucap kakak harimau Sumatera

“Bikin panik saja, oke berarti sudah aman kita bisa keluar dan lanjut berburu” jawab adik harimau Sumatera 

Kakak adik harimau Sumatera masih lapar karena sudah berhari-hari mereka belum makan, di hutan semakin sulit mencari mangsa, dikarena manusia dengan serakah merampas lahan-lahan di hutan. 

“Kemana lagi ya kita harus mencari mangsa, babi hutan sudah jarang, rusa pun hilang entah kemana” Kakak harimau Sumatera berjalan sembari mengendus-ngendus sekitar

“Iya, dengar-dengar dari musang, di sekitar rumah manusia ada kambing dan sapi, apa kita kesana kak? Tanya adik sambil berjalan di belakang sang kayak

“Kita habis lolos dari para manusia, malah ke sarang mereka, kamu mau ditangkap!” jawab sang kakak 

“Baiklah, ayo kita coba menyeberangi sungai itu, barang kali ada babi hutan gendut yang tersesat”

“Nah gitu dong, pokoknya kita harus semangat dan tak boleh menyerah, kita ini harimau Sumatera yang tangguh” Ucap kakak harimau Sumatera sambil memimpin jalan

Kakak adik harimau Sumatera yang saling menjaga itu kembali menelusuri pedalaman hutan untuk mencari mangsa supaya bisa bertahan hidup. 


SELESAI membaca Dodo tersenyum, menutup buku dan menatap cover depan dan belakang buku tersebut “Ini  Kemudian terdengar suara Ibu memanggilnya dari depan teras rumah.

“Do? Ayo pulang, udah sore” 

Bisa pas sekali, Dodo langsung bergegas keluar dari kamar tersebut dan bertanya ke ibunya “Bu, emang Laron cuma hidup semalam aja ya bu?”

“Maksudnya gimana Do?”

“Ini loh bu, aku nemu buku judulnya Laron Penasaran”

“Itu punya siapa? Coba tanya tantenya, minta izin dulu, siapa tahu ada yang punya” tanya Ibu

Tante pemilik kontrakan menjawab “Oh ada buku ya, kayaknya milik penyewa sebelumnya Do, gpp kamu simpan aja, soalnya pemiliknya pindah ke luar negeri kalo nggak salah.”

“Beneran? Asyik, makasih banyak tante” ucap Dodo ke tante sambil tersenyum

“Bu jawab pertanyaan Dodo yang tadi” 

“Oh iya, ibu kurang tau, cuma nanti kita coba cari tahu bareng ya, kita pamitan dulu sama tantenya ya”

“Bu makasih udah boleh lihat kontrakannya, ini saya pikirkan dulu, nanti kalau jadi saya bakal kontak ibu lagi” ucap Ibu Dodo ke tante pemilik kontrakan sambil bersalaman

“Sama-sama bu, kontak aja nanti” Tante sambil mengunci pintu rumah

“Bu, bu, Dodo mau lihat burung Kasuari langsung deh, ada gak ya di Ragunan?” Dodo bertanya lagi sambil keluar pagar rumah kontrakan tersebut

“Kayaknya ada deh, atau nanti hari Minggu kita ke sana deh”

“Asyikkkkk” Dodo loncat kegirangan

Tangan kiri Dodo menggenggam buku tersebut dan tangan kanan menggenggam tangan ibu dan bergegas untuk pulang. 


BACA JUGA:

REVIEW BUKU MENGARANG ITU GAMPANG KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO

REVIEW BUKU ORANG-ORANG BLOOMINGTON KARYA BUDI DARMA

CARA MENGATUR WAKTU UNTUK MEMBACA BUKU

REVIEW KOMIK SI CERDIK MICHAEL

10 BUKU PENGEMBANGAN DIRI COCOK UNTUK ANAK MUDA

ULASAN BUKU THE GIRL ON THE TRAIN PAULA HAWKINS

3 HAL INI BIKIN KAMU MALES BACA BUKU

*Foto header Bing Image Creator*

Jangan lupa follow media sosial Apabedanya.com di Instagram @apabedanyacom dan Twitter @apabedanyacom untuk mendapatkan update perbedaan dan perbandingan segala hal. Menghadirkan juga konten budaya pop, lifestyle, internet, digital marketing, kesehatan, teknologi, hingga life hacks.

Baca juga artikel lainnya dari Tri Wahyudi di Apabedanya.com!

Apabedanya.com merupakan situs independen, bantu dan dukung kami untuk meracik konten lebih baik lagi. Kamu bisa memberikan tip melalui tautan ini. 

Follow juga Apabedanya.com di Google News 

Exit mobile version