Apabedanya.com – Ramai di media sosial, banyak politikus, oligarki dan lingkarannya yang tone deaf. Istilah “tone deaf“ tidak hanya berlaku dalam konteks musik, tetapi juga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan seseorang yang tidak peka terhadap situasi atau emosi orang lain. Dalam kehidupan sosial, tone deaf mengacu pada ketidakmampuan untuk memahami dan merespons konteks sosial dengan tepat, yang sering kali menyebabkan komunikasi yang tidak efektif, atau bahkan menyinggung perasaan orang lain. Simak yuk pengertian tone deaf dan contoh-contohnya~
PENGERTIAN TONE DEAF
Secara harfiah, “tone deaf” berarti tidak bisa mengenali nada musik, tetapi dalam kehidupan sosial, ini diartikan sebagai ketidakpekaan terhadap situasi sosial atau emosi orang lain. Seseorang yang tone deaf secara sosial tidak dapat membaca situasi dengan baik, gagal merespons dengan tepat, atau tidak sadar bahwa tindakan atau perkataan mereka bisa dianggap tidak pantas oleh orang lain. Mereka mungkin membuat komentar yang tidak sesuai atau bertindak dengan cara yang menunjukkan kurangnya empati atau sensitivitas.
Orang yang tone deaf dalam konteks sosial sering tidak menyadari bahwa mereka salah menangkap sinyal sosial, yang bisa menyebabkan hubungan yang tegang atau memicu kesalahpahaman.
BACA JUGA: APA BEDANYA EMPATI DENGAN SIMPATI
CONTOH TONE DEAF DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Berikut adalah beberapa contoh situasi di mana seseorang bisa dianggap tone deaf dalam interaksi sosial:
TIDAK MEMAHAMI PERASAAN ORANG LAIN
Misalnya, ketika seseorang sedang berduka karena kehilangan orang yang dicintai, orang yang tone deaf sosial bisa memberikan komentar seperti, “Yah, setidaknya kamu masih punya orang lain,” yang dianggap tidak sensitif atau kurang empati terhadap perasaan orang yang sedang berduka.
MEMBUAT CANDAAN YANG TIDAK TEPAT
Seorang rekan kerja yang tone deaf mungkin membuat lelucon tentang PHK di perusahaan, tanpa menyadari bahwa beberapa karyawan mungkin sedang dalam kondisi terancam kehilangan pekerjaan. Alih-alih membuat suasana lebih baik, hal ini malah bisa memperburuk situasi dan membuat orang lain merasa tidak nyaman.
FOKUS PADA DIRI SENDIRI DI MOMEN YANG KURANG TEPAT
Ketika sedang dalam percakapan serius mengenai masalah pribadi orang lain, seseorang yang tone deaf bisa tiba-tiba mengubah topik pembicaraan untuk membahas pencapaian atau masalah pribadinya, tanpa memperhatikan bahwa orang lain membutuhkan dukungan atau perhatian. Anak muda zaman sekarang menyebutnya “Pick me boy/girl”.
TIDAK PEKA ISU SOSIAL ATAU BUDAYA
Contoh lain dari tone deaf dalam kehidupan sosial adalah ketika seseorang gagal memahami konteks sosial atau budaya di sekitarnya. Misalnya, seseorang mungkin bercanda tentang stereotip rasial di lingkungan multikultural, tanpa menyadari bahwa hal itu bisa dianggap menghina atau tidak sensitif. Misalnya lagi, ada anak/istri Aparatur Sipi Negara yang sibuk foya-foya di media sosialnya, sementara rakyat yang membayar pajak mengalami kesulitan ekonomi.
MEMBERI NASIHAT YANG TIDAK SESUAI
Seseorang yang tone deaf sosial mungkin mencoba membantu dengan memberikan nasihat, tetapi tanpa mempertimbangkan konteks situasi. Misalnya, menyarankan seseorang yang sedang menghadapi masalah keuangan untuk “berinvestasi di pasar saham” tanpa memahami bahwa orang tersebut bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.
MENGAPA ORANG BISA TONE DEAF DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI?
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang tampak tone deaf dalam kehidupan sehari-hari:
Perbedaan Budaya: Dalam beberapa kasus, perbedaan latar belakang budaya dapat menyebabkan kesalahpahaman yang membuat seseorang tampak tone deaf. Misalnya, norma sosial yang diterima di satu budaya mungkin tidak sesuai di budaya lain.
Kurangnya Empati: Orang yang kurang memiliki kemampuan untuk merasakan atau memahami perasaan orang lain cenderung lebih sering tone deaf secara sosial.
Kurang Pengalaman Sosial: Seseorang yang belum terbiasa dengan berbagai situasi sosial mungkin tidak tahu bagaimana harus merespons dengan tepat dalam konteks yang berbeda.
Kepribadian Tertentu: Orang dengan tipe kepribadian yang sangat berfokus pada diri sendiri atau sangat logis mungkin mengabaikan aspek emosional dari interaksi sosial.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu yang sedang mencari tahu pengerian tone deaf. Apalagi zaman sekarang kita bisa dengan mudah mengutarakan pendapat di media sosial, jadi jangan lupa untuk selalu triple check omongan atau tulisan kita, apakah ada yang akan tersinggung atau tidak.
BACA JUGA:
Jangan lupa follow media sosial Apabedanya.com di Instagram @apabedanyacom dan Twitter @apabedanyacom untuk mendapatkan update perbedaan dan perbandingan segala hal. Menghadirkan juga konten budaya pop, lifestyle, internet, digital marketing, kesehatan, teknologi, hingga life hacks.
Baca juga artikel lainnya dari Tri Wahyudi di Apabedanya.com!
Apabedanya.com merupakan situs independen, bantu dan dukung kami untuk meracik konten lebih baik lagi. Kamu bisa memberikan tip melalui tautan ini.
Follow juga Apabedanya.com di Google News